UA-64251474-1

Senin, 22 Juni 2015

Apa? Aku menyimpan Rahasia?!


Aku baru menyadari sesuatu. Oh, tidak, tidak, tidak... bukannya aku baru menyadari, tapi aku baru sadar kalau aku ingin menuliskan kesadaranku di sini. Waktu lalu, ketika aku sebenarnya sudah sadar dari koma panjang, dari perdebatan pelik antara hati dan si empunya. Hanya sekedar untuk memberitahu orang lain saja, apa susahnya? Oh, jelas susah. Ini rahasia!

Seorang teman, waktu semalam, membuat sebuah pernyataan. Katanya, aku tipe ekstrovert, yang tak segan-segan memberitahukan segalanya ke semua orang.
Yang tidak tahan pada kesendirian, lantas bawaannya ingin cerita di sana-sini. Iya, ada benarnya sih... tapi kalau dibilang ekstrovert, rasa-rasanya nggak juga tuh. Aku saja bingung masuk kategori mana, dan lebih baik tidak usah dikategorikan.

Kemudian di malam selanjutnya aku melihat bulan mengintipku dari ventilasi jendela kamarku. Sengaja betul cahayanya menyorot mataku. Kalau begitu kan jadi tidak bisa kusebut mengintip. Yah, jadi kusebut saja malam itu bulan sedang memandangiku. Dia menjadi saksi atas kesaksianku terhadap penatnya benakku, benak temanku, dan benak-benak lainnya yang sempat kupikirkan dalam benakku. Hebat bukan? Bahkan benakku bisa berkawan dengan benak orang lain. Bukan, bukan berkawan yang sesungguhnya. Aku selama ini hanya membaca, membandingkan, milikku dengan milik mereka.

Kalau kubilang aku memandingkan entah itu dari tulisan atau yang lainnya, kurasa aku berada jauh dari barisan antrian yang kuinginkan. Kutemui gadis itu di wilayah terlarang bagi remaja seusiaku. Bahasanya sungguh menawan tak terkalahkan. Aku secara langsung jatuh cinta pada untaian kalimat-kalimatnya. Seperti aku menemukan bagaimana aku ingin menjadi. Lantas kami menjadi semakin dekat, dan obrolan hangat menjadi pelengkap. Malam-malam dibalas dengan review. Siang-siang menunggu notifikasi permintaan update. Ah, masa lalu. Masa lalu yang cukup rumit untuk kubayangkan bahwa mereka yang kuanggap mengagumkan ternyata tidak dipandang demikian di dunianya. Dunianya bersama orang-orang yang sesungguhnya.

Aku bertemu dengannya sekali, disusul dengan mereka yang sama dengannya. Mereka yang sekedar melarikan diri atas apa yang mereka terima di kehidupan sesungguhnya. Aku, mereka, kami, hidup dalam angan-angan seandainya dunia ini juga milik kami, mereka, dan aku.

Kemarin semalam, ketika aku mulai disadarkan kembali, aku dipertemukan lagi pada sebuah pernyataan yang mengingatkanku pada kesadaran di masa lalu. Deraian kalimatnya mengalir panjang, indah, mengagumkan, selayaknya mereka yang kutemui jauh sebelum dia. Lagi-lagi, aku dibuatnya ingat. Dulu aku lari dari dunia yang membuat mereka juga lari. Dan sekarang aku justru lari dari duniaku sendiri. Apa aku sudah bosan dianggap aneh? Entahlah, tapi aku diam-diam masih menikmati kebebasanku menikmati hidup di duniaku sendiri. Walaupun terkadang itu membingunkan.

Bagaimana ya mengatakannya? Tapi ini tetap saja rahasia, bedanya rahasia ini menjadi milik kita bukan milikku saja. Bahkan kujamin, kau sendiri yang menikmati dunia seperti diriku, sudah memiliki kesadaran seperti ini. Jadi, lain kali aku akan menggambarkan tentang orang mengagumkan versiku adalah mereka yang berkacamata, yang tidak populer, yang menjadi pelengkap, yang menjadi bagian lain dari sebuah bagian besar.

Padahal, di balik kacamatanya, ribuan lembar yang kukagumi telah disemainya. Yah, memang banyak orang yang tidak seperti versiku tapi kuanggap menganggumkan. Hanya saja, lagi-lagi ini rahasia. Ah, aku mau bilang, seandainya dunia ini memberi ruang untuk menjadi berbeda, dan memberimu kesempatan untuk menjalin sebuah keberlanjutan, apakah kau akan mengikutinya atau bertahan dan berharap sesuatu itu yang mengikutimu?

Stop! Kurasa aku tak bisa terlalu banyak membocorkan rahasia. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar