UA-64251474-1

Rabu, 02 Mei 2012

The Last Mejiku



 
“Argh…!” teriakku sambil mengacak-acak rambut sebahuku. Aku sedang galau. Air mataku mulai turun membasahi pipiku. Hangat airmataku tidak mampu menghangatkan suasana hatiku. Aku sudah terlanjur sakit hati. Aku tidak suka pada mereka yang selalu menganggapku anak kecil. Memangnya kenapa kalau aku 16 tahun? Salahkah aku kalau aku sudah menjadi mahasiswa di usia 16 tahun? Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja aku yang merasa bersalah. Atau memang aku yang selalu disalahkan? Argh… semua orang menilaiku anak kecil. Aku bosan dengan semua itu.

Bulan Sabit Malam Ini


                                                                  Bulan sabit malam ini merenggut kesepian
Mendengar suaramu berkicau burung pagi hari
Embun hatimu tentramkan diri, menyambutku dari kesepian nan sunyi

Kebahagiaanku secemerlang bulan sabit malam ini
Rindu terobati bulan bintang menari

Lihatlah aku


Dalam seraian air suci,
Dalam pedih, perih air garam,
Dalam pahit air candu,
Dalam hitam malam,
Dalam detik waktu bergulir,di pinggir hati teriris sunyi.
Terbang dalam hayalan semu,terbang dalam hayalan masa
Terbang!
Jauh…! Darimu…! Darinya…! Juga dari sudut sepi

Yang Lalu dan Yang Berlalu


Ia sebutkan pedih masa lalu
Ia siramkan kembali garam jaman dahulu
Mungkin terasa sedikit manis
Atau mungkin terasa sangat asam
Tetapi bagiku,  garam itu sudah tak ada asinnya lagi

Sejenak Terhenti


Langkah ini sempat sejenak terhenti
Membiarkan debu-debu terbang mengotori wajah
Menutupi kecantikan dan tanpa ketulusan

Sedetik Selamanya


Kemarin, saat kudatang, kau hendak pergi
Dengan manis kau sambut aku
Kau urungkan niatmu

Kita berdua, dalam ramai dunia kita
Kita berdua, berdiri dalam rasa yang tak sama
Kita berdua di sana, menikmati detik berharga
Sayang, itu tidak lama

Pergi Dariku


Angin dalam genggamanku ini
Mengalir keluar sudut demi sudut
Mendesis dan mendesah,mendorong
 buku jemariku…angin dalam genggaman

Penjara Derita


Ku tak tahu jaring laba-laba yang akan memenjarakanku
Bagaimana rasanya di sana…
Di saat ku tak bisa gerakan setiap sendiku

Ku tak tau bagaimaa sakitnya membisu
Terjerat dalam kenangan yang palsu
Tak mampu menjerit perlahan,
Adan akhrinya aku pasti mati dalam ingatan

Pengembara Waktu


Siang hari kumelangkah mencari seorang pahlawan
Malam hari, kuterus berjalan mencari tujuan
Sepertinya matahari pun bosan padaku
Cahayanya sudah enggan melukis bayanganku
Sepertinya bulan pun begitu
Cahaya yang enggan sinari derap kecil langkahku

Muka Belang


Beraninya kau lempar batu panas padaku
Kemarilah dating sesukamu
Lempari aku
Hujat aku
Semaumu

Langkah siapa ini ?


Langkah siapa ini ?
Menginjak telur masa depanku tanpa selera?

Kukira dia hina
Berani perangi si raja agung

Jeritan Tak Bernada


Bibir bawahku bergetar
Dadaku sesak,
Tanganku lema,
Jemariku tak kuat menggenggam
Dadaku terasa ditekan
Oatkku hanya mampu mengingat bayangan masa lalu
Wajahku bengkak
Mataku sembab

Dirimu (Karu)


Semaunya berawal dari suara
Terpejam batinku akan dirimu
Kau tak begitu indah
Tak begitu anggun bagiku,pancarkan wajah rupawan
Tapi kau istimewa di hatiku

Bayangan Usang


Hitam di balik wajahku itu,
Bukan siapa-siapa

Beginilah aku,
Langkah kakiku benar-benar menginjak bumi
Aku tidak melayang mengikuti bayangan
Aku menjejak wajah bumi dengan pasti
Aku punya jalanku

Bayangan Kerinduan


(Untuk Kak Redaktur Pelaksana 2012 LPM Teknokra Unila)

Wajahmu, tutur katamu…
Semuanya terekam baik dalam memoriku
Matamu, bibrimu…
Aku ingat bagaimana mereka menggertakku
Tubuhmu yang bergoyang menghampiriku,
Tawamu yang sering terdengar meledekku,
Telingamu yang diam-diam dengarkanku,
Semua masih ada dalam memoriku…

Batas Langkahku


Aku tak mampu melangkah lebih jauh lagi
Di sinilah, akhir perjalananku
Aku benar-benar tak mampu mengulur napasku lagi
Aku sesaaak…
Aku berada dalam tepi kegelapan

Bagiku


Bagiku,lampu putih lebih terang
Bagiku rumput hijau Nampak segar
Bagiku tak sulit menilai bintang terang
Bagiku tak mudah menerjang puluhan troll
Bagiku hidup ini hanya mimpi

Sok Galau


Mereka terbiasa mengenalku sebagai gadis sok manis yang ceria, cerewet, usil, dan banyak tingkah.
Tidakkah mereka tahu, hatiku selalu menangis, meskipun aku tertawa?
Tidakkah mereka berpikir, bahwa agadis rendahan sepertiku pub membutuhkan cinta?

2 Maret 2012

Senada Dalam Duka


Aku lembab di tengah kemarau panjang,
Aku menggigil di bawah sinar matahari
Aku bagai sungai di tengah gurun.

Hatiku bagai kutub utara diriku
Dingin, penuh salju lelehan
Merindukkan mentari berputar di atas langit.

Lagi Galau


Dalam setiap desah kegalauan, aku tak tahu apa yang kpikirkan.
Begitu banyak hal penting dalam benakku.
Begitu banyak hal tak penting yang mengganggu langkah napasku
K semua orang tahu,

Dari sudut yang tak semua orang tahu,
Aku meintih pedih dalam sejuta rasa yang berbeda

Mawar Tak berduri


Aku aneh!
Aku berbeda!
Aku siapa?

Tak ada yang tahu dimana duri-duriku
Tak ada yang tahu ganasnya aku
Siapa yang tahu, isi hatiku?

Mawar Coklat


Aku tahu itu berbeda
Aku tahu, itu langka
Ini adalah kesempatan.
Ini adalah sebuah keinginan
Mimpi untuk berjuang,
Mimpi untuk bertahan,
Mempertaruhkan sekeping mawar coklat.

14 maret 2012

Ketika Kutinggalkannya


Tertusuk duri mawar hitam pekat berdebu,
Tanpa cahaya, lidah berkemas dengan bahasa
Raga yang landai turunkan semangat,
Hilangkan gairah, musnahkan hasrat.

Percuma mengintegralkan semangat, kalau differensial selalu menang.

Kau Tak (…)


Kau tak pernah bisa melihat warna biru mentari.
Kau tak kan pernah merasakan rasa es teh hangat.
Kau tak bisa bayangkan manisnya garam, dan asinnya gula.
Kau tak bisa melihat hidungmu sendiri, matamu, bibirmu, bahkan wajahmu sendiri…
Kau tak mampu menggunting gigimu,
Kau tak mampu sambung kembali kukumu yang kaupotong,
Kau tak mampu ingat aku…

14 Maret 2012

Hangatnya Es Krim


Aku menggigil saat hujan menyerbu bumi
Kulipat kedua lenganku di depan dada
Kugigit sedikit, bibir bawahku, dan meringis kedinginan.

Kehangatan itu, datang…
Dalam dingin ia tawarkan asap kehangatan

Dua Cinta Semu


Aku menggenggammu sebagai air
Aku menggenggamnya sebagi pasir
Kalian anggap aku seperti bayang api
Aku hanya seperti asap putus asa
Kalian adalah cinta
Kalian adalah bintang paing terang di langit jawara

Ini sungguh percuma.

Waktu Kita


Kita tertawa, menangis, bercanda bersama
Tapi semuanya biasa saja
Kenangan itu tak nampak sangat indah
Tidak ada yang istimewa…
Setiap hari tak pernah berbeda.
Kenangan itu tidak indah

27 februari 2012

The Death Note’s Love


Aku memohon pada malaikat penjaga hatiku agar menuliskan namamu dalam buku kematiannya…
Agar kau mati tanpa tahu akulah pembunuhmu.
Aku ingin membunuhmu, dengan tanpa bekas tanganku.

Kenapa kau tak lekas mati?
Aku sudah menulis namamu ribuuan kali.

Ternyata Bukan Aku


Kau pernah mengangkatku tinggi dalam kepakan sayap bayangan
Mencapau batas keinginan.
Kau pernah membawaku larut dalam persahbatan,
Hingga akhirnya jarak menghapuskan.
Kau bilang kau akan lepaskan…
Kau bilang kau akan hapuskan…
Kau benar-benar melakukannya.
Tapi kau tahu, aku bodoh.
Aku tak seharusnya mengartikannya, karna ternyara aku salah menartikannya…

27 februari 2012