UA-64251474-1

Jumat, 15 Januari 2016

Resensi Novel Pecundang, Maxim Gorky



Image Source google.com


Gejolak Batin yang Tak terungkapkan
*Dimuat di majalah Teknokra edisi Desember 2015

Judul: Pecundang
Penulis: Maxim Gorky
Penerjemah: Ahmad Asnawi
Penerbit: Narasi-Pustaka Promethea
Jumlah Halaman: 406 halaman

Yevsey Klimkov, anak muda dari pedalaman desa yang tinggal bersama seorang paman-pandai besi dan seorang sepupu, Yashka-anak laki-laki yang suka menyiksanya. Setiap kali melihat Yashka marah-marah, Klimkov hanya berbaring di atas tanah, meringkuk, menyiapkan tubuhnya untuk dihujani serangan membabi buta dari sepupunya, tanpa perlawanan. Kemudian, ketika puas, sepupunya hanya berkata, “Jangan khawatir, itu tidak akan berlangsung selamanya,” yang kemudian selalu Yevsey ingat hingga ia dewasa.
Pecundang penuh dengan pergulatan batin Yevsey Klimkov yang setelah lulus sekolah, dikirim ke kota untuk menjalani hidupnya sendiri. Yevsey yang dibesarkan tanpa kepercayaan diri, mula-mula bekerja pada seorang revolusioner tua yang akhirnya dibunuh pembantunya, Rayissa Petrovna yang bekerja sama dengan seorang mata-mata Czar, Dorimedont. Kematian majikannya ini yang kemudian membawa Yevsey pada gejolak batin yang lebih kuat lagi.

Kematian, seperti datang dengan mudah dalam cerita yang ditulis Gorky ini. Dorimedont kerap menyiksa Yevsey dan Rayissa mencekik pria itu suatu malam. Yevsey kemudian dibawa ke kantor polisi. Kisah sesungguhnya dimulai dari sini, ketika Yevsey dituntut menjadi lebih dewasa menghadapi kenyataan pemberontakan masyarakat Russia sedangkan dirinya dinobatkan sebagai mata-mata Czar yang harus mengamati mereka dan mempertaruhkan nyawanya dari para pemberontak.

 Yevsey yang dalam hatinya membenci profesinya, dan mendukung para revolusioner, justeru tidak bisa berbuat apa-apa. Yang dia lakukan malah membuat mereka ditangkap dan diadili. Padahal dalam setiap tugasnya, Yevsey akhirnya berterus terang tentang profesinya. Kepada si Pipa Tua, Yevsey banyak bercerita sebelum akhirnya secara tidak sengaja ia melaporkan pria revolusioner itu. Di kehidupannya ke depan, Yevsey tidak bisa melupakan kejadian itu meskipun ia tetap menjalani profesinya sebagai mata-mata, sebab tak ada pilihan baginya kecuali diadili dan mati.

Pecundang, mungkin hal itu yang ingin Gorky katakan pada para pembaca, mengenai sifat pemuda Yevsey dalam menghadapi masalah-masalanya. Yevsey tidak pernah berani menyuarakan pendapatannya sendiri. Hingga ia bertemu Yashka, sepupunya yang sudah tumbuh dewasa, di kota. Yashka tumbuh sebagai seorang revolusioner muda yang kemudian mengenalkan Yevsey para Olga, wanita cantik yang kemudian dicintai Yevsey. Sayangnya, pertemuan dua saudara ini kemudian dibubarkan dengan ditangkapnya Yashka dan teman-temannya, termasuk Olga. Yevsey, yang jatuh cinta pada gadis itu bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya memberontak dalam hatinya tanpa pernah berusaha menyelamatkan mereka.

Meskipun pergolakan batin yevsey tidak berhenti. Ia tetap meneruskan pekerjaannya sebagai mata-mata hingga ia ditugaskan memata-matai seorang penulis. Dan pada akhirnya masyarakat menang terhadap pemerintah. Kaum revolusioner dianggap menang dan berani menampakkan dirinya di depan publik. Yevsey akhirnya menceritakan seluruh kisah hidupnya, bagaimana ia hidup di desa, menjadi seorang mata-mata, dan bagaimana dengan perasaannya yang campur aduk serta sifatnya yang penakut.

Kisah pecundang memiliki konflik batin yang mendalam dalam diri Yevsey. Hal ini kemudian digambarkan begitu jelas oleh Gorky ketika suasana politik menjadi semakin kacau. Sasha, mata-mata yang penuh ambisi menghabisi kaum revolusioner, menyebabkan kekacauan yang lebih besar. Mata-mata dibantai dan dibunuh di tempat umum. Hingga Zarubin dianiaya kaum revolusioner di depan mata Yevsey, ia bertekad akan mengejar dan membunuh Sasha. Namun, hingga akhir, Yevsey tetap tidak berani melakukan hal yang menurutnya benar dan ia justeru mati di atas rel ketera api-bunuh diri. 

Gorky tidak hanya berhasil menyajikan konflik yang runut tetapi juga berhasil membawakan alur cerita yang santai namun menegangkan. Hanya saja, latar belakang sejarah yang mungkin membuat novel ini kurang diminati. Penyebutan nama tokoh yang tidak sama juga membingungkan pembaca. Misalnya Yevsey yang kadang disebut Klimkov dalam deskripsi penulisnya. Kemudian penuturan sifat pecundang dalam diri Yevsey pun terkesan bertele-tele meskipun akhirnya karakterisasi Yevsey menjadi semakin kental. 

Meskipun terjemahkan bahasanya kurang enak dibaca, dan terdapat beberapa kesalahan ketik di beberapa halaman, kisah pecundang, dapat menghadirkan gejolak batin tentang ketidak-beranian yang sangat menyebalkan dan akhir cerita yang tak terduga. 

*Ini versi No edit. Btw, saya lebih suka tulisan original saya. Soalnya yang hasil editan banyak motong tulisannya. 
~R~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar