UA-64251474-1

Selasa, 23 Juni 2015

Ketika Aku Adalah Wibu Alay


Bakuman no Honda. Source google

Tunggu. Sebenarnya agak memalukan harus mengakui weaboo. Em, maksudku aku juga pernah jadi weaboo. Jadi manusia alay yang yah... gitu deh pokoknya.

Buat yang belum tau apa itu definisi weaboo atau wibu, jadi wibu itu sebutan untuk orang yang gila jejepangan. Anime gak mau disamakan dengan kartun, dan lain-lain yang sebenarnya jadi lucu dibaca. Para wibu kebanyakan
menggunakan nama samaran, foto profil pakai karakter favoritnya, punya waifu dan husbando di setiap anime, hidup banget di dunia begituan.

Well, aku memang pernah bilang "anime is not cartoon". Dan aku menggunakan nama "Rukishiro" sebagai nama pena dan lebih menyukai menggunakan nama Rukishiro Fitri dibandingkan namaku sendiri. Tapi aku suka namaku, Fitri Wahyuningsih. Nama Rukishiro dipakai untuk memudahkan saja, coba kalau cari di google, yang muncul bahkan bukan aku. Sedangkan Rukishiro itu sudah kugunakan sebagai pen name di fanfiction.net dan kupikir semua akun ku selalu menggunakan nama Rukishiro.

Beberapa hari yang lalu, aku menemukan artikel yang membahas istilah wibu ini. Kabarnya, wibu sudah dimasukkan dalam kamus (kamus apa ya? saya lupa) dan didefinisikan sebagai sebutan untuk penyuka anime, game, dll yang berbau jepang, selain orang jepang. Jadi Otaku itu hanya untuk orang jepang asli, sedangkan selain orang jepang yang menyukai hal-hal berbau jepang, juga disebut weaboo atau wibu. Dan, sebenernya di Jepang sendiri mereka yang tergolong Otaku juga dianggap alay. CMIIW

Nah, tapi kenapa yang disebut wibu itu orang-orang yang suka anime yang "alay", maksudku, yang berlebihan? Mungkin itu cuma untuk membedakan aja. Dan kupikir mereka yang disebut wibu adalah amatiran, yang baru-baru suka anime. Dulu aku juga gitu. Masanya dimulai ketika kelas 3 SMP yang rasanya wah, mereka juga suka anime. Punya teman yang punya selera sama, menyenangkan. Dan ketika SMA, aku justru lebih dekat lagi dengan sebutan Wibu. Untung dulu, sebutan wibu belum dikenal, jadi nggak ada yang mencap-ku sebagai wibu. Hahaha

FYI, nama Rukishiro juga munculnya ketika aku sudah menjadi author di FFn. Karena di sana rata-rata, atau kebanyak memang menggunakan nama samaran, jadilah aku ikut-ikut aja. Itu juga untuk membedakan dari fandom mana kita (buatku sih begitu). Kalau namanya berbau jepang, berarti dia ada di fandom anime/manga dsb. Tapi ada juga sih yang namanya jejepangan dan nulis di fandom movie, novel, dll.

Ketika masa alay itu, aku cuma sampai tahap tidak menyamakan anime dengan kartun dan menggunakan nama jejepangan saja. Kalau foto profil, ya itu cuma karna aku nggak begitu suka untuk pamer muka sendiri di media sosial. Ini yang aku suka dari mereka (orang jepang) yang kata internet, mereka sangat menyembunyikan data pribadi. Bagaimana pun juga, ini wilayah umum, menurutku internet terlalu umum untuk membagi-bagikan info pribadi. Teehee

Dan aku sampai saat ini cuma ngefans ama Hitsugaya Toushiro dari Bleach. Terakhir nulis fanfic, aku ada di fandom crossover Naruto Bleach khusus pairing HitsuSaku. Walapun yah, banyak memang karakter lain yang kusuka dari anime lainnya, tapi Hitsugaya itu punya sejarahnya sendiri. Ah, pokoknya gak mau yang lain, Hitsugaya aja (mulai dah wibu-nya)  Hahahaha.

Kalau sekarang, aku beralibi banyak kesibukan di dunia nyata, jadi sudah mulai mengurangi nonton anime. Aku masih suka nonton, tapi biasanya rewatch anime-anime lama. Saking banyaknya anime baru dan kupikir, sekarang susah untuk cari anime yang "aman". Nonton anime juga lebih untuk refreshing aja. Di FFn juga mulai mundur, ke sana cuma kalau author favoritku update. Dan aku agak heran, akhir-akhir ini fanfic yang kupost di blog ini jadi banyak di akses. Kan aku jadi buka dan baca lagi, dan itu membuatku ingat gimana alay-nya aku nulis author's note, atau balesin review. Aaaah....

Itu masa lalu. Sekarang sih, masih alay. Hahahaha. Susah move on. :D

Untuk sekarang aku sih lebih bisa memilih mana yang bisa kuterapkan. Maksudnya, nggak selamanya mencintai dunia anime itu jelek kok. Ada masanya kami (mereka) akan tobat. Dan hanya mengambil hal-hal positif dari tontonannya. Dulu, alasan "saya lebih hidup di dunia maya dibandingkan dunia nyata" itu unggulan banget. Lama-lama, temenku tobat, aku tobat, dan beberapa teman lainnya ikutan tobat. Hahahaha.

Tapi memang nggak bisa dipungkiri, anime membawa banyak perubahan dalam perjalanan usiaku sampai saat ini. Mungkin karena kebanyakan nonton anime, dan memang dari kecil aku cuma nonton anime (di rumah, gak ada sinetron, gak ada film kolosal. Jamanku kecil). Jadi, sampai sekarang aku hanya nonton film animasi. Kalau itu bukan anime, ya film-film animasi lainnya. Film yang diperankan orang asli, kadang membuatku "sakit mata" makanya gak suka.

Well,  tadinya ini cuma membahas masa-masa wibuku tapi sudah melebar kemana-mana, jadi mungkin karena nggak ada bahan lain yang bisa diceritakan. So, that was all. Kalau kamu termasuk wibu "alay", sudahlah, sudah waktunya kita hidup di kehidupan yang sesungguhnya. Kalau merasa jadi minoritas, jadi kaum terabaikan, atau hanya dimanfaatkan di kehidupan ini, tenang aja, sekarang (semenjak Naruto tamat) dunia ini nggak se-sepi dulu. Kamu mau cari orang yang ngomongin anime (Naruto),sekarang lebih mudah didapatkan.

Jadi, sekarang, lepaskan maskermu! :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar