Aku menghela napas. Malam ini langit tampak gelap dan aku bisa mendengar
suara jangkrik dengan jelas. Menatap layar laptop, di malam sunyi seperti ini
adalah hobiku. Awalnya aku senang bermain game online sambil membuka facebook,
situs yang sedang hangat saat ini. Padahal, harusnya saat ini aku menemani
buku-buku pelajaranku, tapi aku malah menatap setia sang laptop.
Bisa dibilang sekolahku saat ini,
adalah sekolah tersibuk yang pernah kumiliki. Sekolah di kelas
sains, harusnya membuatku tidak bermain-main dalam belajar. Tapi, aku tidak bisa menatap layar laptop dengan terus memandangi buku elektroniknya, atau membuka kumpulan soal, dan membuka buku-buku tugas yang selalu tergeletak di ranjangku.
sains, harusnya membuatku tidak bermain-main dalam belajar. Tapi, aku tidak bisa menatap layar laptop dengan terus memandangi buku elektroniknya, atau membuka kumpulan soal, dan membuka buku-buku tugas yang selalu tergeletak di ranjangku.
Layar laptopku saat ini sudah
mewarnai diri. Navbar warna biru tua, yang tidak asing adalah warna navbar
facebook telah berhasil kuakses.
Beberapa bulan yang lalu, kurasa
sudah hampir satu tahun, aku mengenal seorang lelaki muda yang saat ini menjadi
Kakakku di facebook. Niko Jushiro begitulah namanya di facebook. Entah
bagaimana awal aku mengenalnya, aku sedikit lupa. Tapi, yang jelas selama waktu
yang hampir setahun ini, aku dan Kak Niko, sapaanku untuknya, telah berhubungan
baik.
Nama facebookku Chika Kaeruto, yang
merupakan gabungan nama asliku. Aku tak menyangka bisa mengenal Kak Niko,
sedekat saat ini. Mengobrol dengan menyebut kakak dan adik. Aku tahu, mungkin
itu hanya sebutan untuk kakak dan adik, tapi entah mengapa bagiku itu berbeda.
Aku dan Kak Niko menjadi saudara
bukan karena permintaanku, melainkan karena permintaan Kak Niko dan aku senang
menerima permintaan kekerabatan tersebut. Aku bahagia dia mengirimiku hal yang
luar biasa. Awalnya aku hanya mengenalnya sebagai Niko, saat ini aku
mengenalnya sebagai Kak Niko.
Meskipun aku adalah siswa sains, tapi aku juga menyukai bahasa. Begitu pula bahasa jepang dan Kak
Niko, dia ahli dalam bahasa satu ini. Pernah aku berpikir bahwa Kak Niko adalah
orang jepang, tapi aku salah. Kak Niko adalah anak Jakarta. Itu yang aku tahu.
Ya, Kak Niko terlalu tertutup kepada setiap teman facebooknya. Jadi aku hanya
tau nama, dan asalnya.
“Konnichiwa…. ^^” aku sempat kaget
melihatnya. Tak kusangka Onii-chan (kakak laki-laki dalam bahasa jepang)
mengajakku chat. Dan yang lebih
anehnya lagi, selama setahun ini, baru kali ini aku chat dengannya. Katanya, dia jarang online lewat komputer.
“Konnichiwa onii-chan… tumben
nii-chan online di kompi… “ balasku dengan senang hati. Suara jangkrik masih
menyiringi setiap senyum yang kupancarkan.
“Iya, lagi sempet Chik… Chika lagi
apa?” balasnya semakin membuatku berdebar.
“Lagi ngobrol sama Kakak… :D “
balasku lagi.
“Haha, Chika belund bobo apa? udah
malem tau de…”
“Belom Kak, oya kebetulan Chika ol
bareng Kakak, Chika boleh tanya enggak Kak?”
“Tanya apa Chika sayang… n__n”
“Kakak anak sastra jepang kan? Chika
mau tau Kakak kuliah dimana, soalnya Chika juga minat ke sastra jepang, sapa
tau, campus Kakak jadi salah satu nominasinya… ^^”
“J Kakak bukan
anak sastra jepang Chika… Kakak masih SD ^^” aku kaget saat layar kecil muncul
dengan kalimat itu. Ternyata perkiraanku selama ini, perkiraan tentang Kak Niko
sebagai anak sastra jepang salah besar. Dan ternyata, Kak Niko adalah anak SD,
tapi aku tidak percaya kalau Kak Niko anak SD. Kalau dia memang anak SD, tidak
mungkin dia menyebut dirinya Kakak padaku.
“Ih… Kakak yang bener… Chika nangis
nih… :’( “ ku tekan tombol enter dan sengaja menunggui balasan dari Kak Niko.
“Jangan nangis gitu dong Chika…
senyum dong biar manis… ^^. Iya deh, Kakak emang bukan mahasiswa, tapi Kakak
masih SMA Chika… “ SMA? Rasanya ada sesuatu yang aneh pada diriku. Lebih aneh
sebelum aku tahu Kak Niko anak SMA. Yang benar, Kak Niko masih SMA.
“n___n terus Kakak pinter bahasa
jepang dari mana?” tanyaku lagi. Sambil menunggu balasan Kak Niko, aku
mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu, bahkan hari-hari sebelum aku
tahu yang sebenarnya.
Aku pernah bercerita pada sahabatku,
kalau aku ingin mendapat beasiswa seperti Kak Niko yang mendapat beasiswa
sekolah di Jepang selama setahun karena dia kuliah di jurusan sastra jepang,
dan itu salah.
Presepsi bahwa Kak Niko adalah mahasiswa
ternyata benar-benar salah, salah besar. Dan salahku, aku sudah menyebarkan
presepsi yang salah ke beberapa orang, karena yang kutahu Kak Niko adalah
mahasiswa sastra jepang. Aku sangat yakin sebelumnya, karena Kak Niko selalu
mengajariku bahasa jepang, dan sering membahas tentang jepang. Ditambah lagi,
kalau sedang ngobrol bertiga dengan salah satu siswa sastra jepang yang juga
temanku bersama Kak Niko. Aku kira Kak Niko dan Kak Rita –itu namanya- adalah
teman secampus, dimana Kak Niko adalah adik kelas Kak Rita, tapi aku salah.
Perasaan tak percayaku pada
kenyataan bahwa Kak Niko benar-benar bukan anak sastra jepang terbawa bersama
nyanyian jangkrik di luar rumah. Aku tidak bisa melanjutkan obrolanku dengan
Kak Niko dan mengorek informasi darinya tentang dirinya karena aku harus
disiplin. Sudah waktunya aku belajar. Aku sudah berusaha untuk belajar, tapi
tetap saja, aku masih memikirkan Kak Niko. Karena kehilangan konsentrasi
belajar, aku putuskan untuk melanjutkan obrolan bersama Kak Niko, tapi itu
terlambat. Kak Niko sudah offline. Dan aku putuskan untuk menulis di
dindingnya.
“Yah… Kak Niko keburu offline L” kataku dalam pesan dindingku. Aku mulai merasa lega
setelah menulis pesan itu, karena aku tidak mau dia salah paham bahwa aku tidak
melanjutkan chat gara-gara aku
kecewa.
Beberapa hari setelah aku tahu siapa
Kak Niko sebenarnya, aku membuka kotak masuk di facebookku. Ternyata ada pesan
baru, dan betapa kagetnya aku, siapa yang megirimiku pesan? Ya, Kak Niko.
Sempat terlintas dijidatku, untuk apa Kak Niko mengirimiku pesan? Langsung saja
kuklik linknya.
“Chika, Kakak boleh minta num tepun
nya Chika enggak? Kalo enggak boleh juga g papa (^.^)” katanya dalam pesannya.
“Boleh kok Kakak…” kataku membalas
pesan Kak Niko. Tidak lupa aku mencantumkan nomor handphoneku untuk Kak Niko.
“Makasih ya Chika sayang…” aku kaget
membacanya lagi. Pesan yang kuterima beberapa jam setelah aku membalas
pesannya, berhasil membuat mataku terbelalak untuk yang kedua kalinya. Kak Niko
memanggilku sayang? Apa artinya?
“Iya masama Kakak… Kakak juga sms Chika
ya, biar Chika tau num Kakak” balasku lagi.
Tidak lama setelah kuberi nomor
handphoneku, Kak Niko mengirimiku pesan via sms.
“Konnichiwa… n__n”
Benarkah ini Kak Niko?, pikirku.
“Konnichiwa… ini nomornya onii-chan
ya?” balasku. Kali ini aku dan Kak Niko sudah berhubungan via sms, bukan dengan
facebook seperti sebelum-sebelumnya.
“Iya Chika, ini num Kakak. Chika
lagi apa?”
“Chika lagi di sekolah Kak… Kakak
sendiri lagi ngapain?” balasku.
“Kakak lagi mikirin Chika.”
“Loh? Pasti lagi enggak da kerjaan,
ampe Chika disuruh mampir ke pikirannya Kak Niko… hehe :D”
“Haha… Chika belom pulang?”
“Belom Kak… biasanya jam 4 baru
pulang, tapi hari ini jam 9 malem, soalnya Chika mau les tempat guru… ^^”
“Emang Chika enggak takut
pulangnya?”
“Enggak dong… kan bareng temen-temen
yang lain…”
Kubiarkan handphoneku bergetar
membiarkan pesan Kak Niko begitu saja. Aku sudah harus memperhatikan guru yang
barusaja masuk untuk menyelesaikan jam terakhir ini. Aku fokus pada guru itu.
Rasa penasaran pada Kak Niko sementara berhasil kusingkirkan. Hingga akhir jam
pelajaran, pukul 4 sore, aku dan kawan-kawanku bergegas mencari angkot, untuk
langsung berangkat ke rumah guruku.
Sambil melangkah, aku membaca pesan
dari Kak Niko.
“Chika jangan lupa mam ma solatnya
ya… “ katanya.
“Iya, Chika udah makan kok Kak… J. Gomennasai Kak, baru Chika bales, tadi masih da
guru… :D”
“Enggak papa kok chik, ya udah Kakak
takut ganggu belajar Chika, Chika med belajar ya sayang…” lagi-lagi kata sayang
menyertai kalimatnya. Aku langsung berdebar. Aku heran mengapa Kak Niko sering
membuatku berdebar begini? Rasanya, selama kami hanya berkomunikasi lewat
facebook, tidak seperti ini.
“Chika udah selsai kok Kak, sekarang
lagi di angkot… ^^” balasku lagi. Aku masih belum mau berhenti sms-an dengan
Kak Niko. Aku harap Kak Niko juga begitu.
“Yah… ujan… untung udah sampe…” aku
kembali mengirimi Kak Niko sms tapi sebenernya kali ini tidak hanya untuk Kak
Niko, untuk banyak orang. Hanya saja, aku mengirim sms itu sebelum balasan sms
Kak Niko menyapa getar handphoneku.
“Ujan? Wah… Chika bawa payung
enggak? Gimana? Keujanan enggak? Tapi udah sampe kan? Berarti enggak keujanan…”
balasnya seakan sangat kahwatir. Aku tersanjung akan kata-kata Kak Niko
seharian ini. Tidak biasanya dia berkata seperti itu padaku.
Aku tidak membalas pesan dari Kak
Niko karena harus langsung mulai belajar. Aku memperhatikan guruku seksama.
Belajar matematika di hari kamis, sampai malam, membuatku harus benar-benar
konsentrasi. Dan aku berhasil melakukan itu.
Jam delapan malam. Aku dan
teman-temanku keluar rumah guruku dan berpamitan pulang.
“Chika udah pulang???” tanya Kak
Niko dalam pesannya.
“Lagi di jalan Kak. Kakak agi apa?”
“Kakak baru pulang ngaji chik,… ^^ “
“Ye… berarti ngajinya pinter dong… “
“Enggak juga. Cuman udah biasa ngaji
aja. Oya nti jangan lupa solat isya ya chik… sekalian mandi, pasti bau seharian
belund mandi… hehe n__n”
“Chika enggak mau mandi ah, dingin!
Di tempat Chika masih ujan… :D”
“Ye… cantik-cantik kok enggak mandi
sih??”
“Chika enggak cantik kok Kak,… :p”
“Tadi Kakak buka album fotonya Chika,
menurut Kakak Chika manis kok…” wah… Kak Niko tenyata sudah melihat wujud
asliku. Tapi aku belum pernah tahu, siapa dan bagaimana Kak Niko itu.
“Yah… Chika jadi pengen malu… (^^\)”
“Ya udah, Kakak ngantuk chik, Kakak
bubu duluan ya… Chika bubu nya jangan malem-malem… ”
“Iya Kakak, yasumi (nice dream)…”
“Kasih smile dong chik, biar Kakak
mimpiin Chika…” aduh aduh… Kak Niko ini, ada aja deh yang bikin aku
senyum-senyum sendiri. Aku balasi pesannya dengan secuil emotion senyum.
Keesokkan paginya, tepatnya hari
jum’at, seperti biasa, setiap jam istirahat, aku selalu mengecek facebook. Yah…
hanya sekedar mencari berita. Karena sudah lama aku tidak menengok facebook Kak
Niko, aku sengaja mengunjunginya. Dan ada hal yang membuatku kaget lagi.
-Niko Jushiro- : mungkin
hatiku salah berlabuh, dia tak mungkin dalam hatiku. Dia terlalu tinggi untuk
kugapai. Tuhan… turunkan dia ke dalam hatiku jika dia memang untukku… dan
jika aku pernah menyakitinya ataupun mendustainya, aku harap ia bisa
melupakannya. Amiin (/\)
Ya ampun Kak Niko… apa status itu
untuk aku? Kak Niko, Chika tau Kakak udah tau kalo Chika anak aksel, apa
mungkin Kak Niko juga berpikiran sama ama temen-temen Chika yang lain?,
pikirku.
“Lagi apa chik?” Kak Niko
mengirimiku sms.
“Lagi sms Kakak… kk ndiri agi apa?”
“Kakak lagi mikirin Chika…”
“Kok mikirin Chika lagi?”
“Iya nih, dari kemarin mikirin Chika
mulu… Chika udah mam belund?”
“Belum, kantin masih rame… hehe… “
“Chika mam-nya jangan ampe telat ya…
oya, kk mau siap-siap solat jum’at dulu ya… Chika jangan lupa mam-nya..”
“Iya Kakak… Kakak solat jum’atnya
yang khusuk ya… jangn mikirin Chika mulu… hehe :D”
“Ahaha… :D” begitulah balsan
terakhir Kak Niko. Aku kagum dan senang atas perhatiannya.
Sebelum pulang, aku harus mengecek
facebookku sekali lagi. Ada satu pemberitahuan. Tadi malam, Kak Niko
mengomentari statusku.
Chika Kaeruto :
minggu ini tinggal ulangan MTK besok sabtu, minggu depan ujian semester,
hari minggunya TO SNMPTN, hari seninnya ampe enggak tau hari apa, TO sekolah…
Aduh… sekarang bukan lagi tugas yang menanti, tapi ujian… :’( *aku bingung
mau nangis ato senyum.
dan Kak Niko mengomentari : “senyum
ini hampa, dan ketawa ini airmata.”
Oh Kak Niko… benarkah semua
perhatian ini untukku? Aku bahagia kalau Kakak benar-benar tulus. Sungguh!
Ternyata kesenanganku tidak mulus,
dan perhatian Kak Niko tidak berlanjut untuk malam ini. Malam ini, bahkan
hampir tidak ada pesan yang menyapa nada getar handphoneku seperti malam
sebelumnya. Pesan terakhir yang kuterima dari Kak Niko adalah saat dia
bersiap-siap solat jum’at. Entah mengapa aku menantikan handphoneku bergetar
dan menunjukkan pesan baru dari Kak Niko.
“Kak Niko… Kakak udah bikin Chika
mikirin Kakak. Sekarang Chika pengen Kakak bantuin Chika… kayak dulu waktu
Kakak bantuin Chika ngerjain tugas, bantuin Chika tersenyum, dan sekarang Chika
pengen Kakak bantuin Chika mikirin Kakak. Chika enggak sanggup Kak, mikirin
Kakak sendiri… Chika butuh Kakak untuk bantuin Chika… buktiin kalo Kakak enggak
cuman gombal Kak… Chika mohon…” gumamku sendiri menatap handphoneku yang tetap
diam. Aku meneteska setitik airmata. Entah mengapa, aku merindukan Kak Niko.
Mudah-mudahan, Kak Niko tidak sms aku bukan karena dia takut menggangguku untuk
belajar. Malahan dia sangat mengganggu konsentrasiku kalau dia tidak
mengirimiku pesan.
“Kak Niko… makasih udah pernah bikin
Chika tersenyum… ^^” gumamku dalam kantuk yang menjerat mataku.
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar