UA-64251474-1

Senin, 14 Februari 2011

Kau Maya


Aku menghela napas. Malam ini langit tampak gelap dan aku bisa mendengar suara jangkrik dengan jelas. Menatap layar laptop, di malam sunyi seperti ini adalah hobiku. Awalnya aku senang bermain game online sambil membuka facebook, situs yang sedang hangat saat ini. Padahal, harusnya saat ini aku menemani buku-buku pelajaranku, tapi aku malah menatap setia sang laptop.

Bisa dibilang sekolahku saat ini, adalah sekolah tersibuk yang pernah kumiliki. Sekolah di kelas
sains, harusnya membuatku tidak bermain-main dalam belajar. Tapi, aku tidak bisa menatap layar laptop dengan terus memandangi buku elektroniknya, atau membuka kumpulan soal, dan membuka buku-buku tugas yang selalu tergeletak di ranjangku.

Layar laptopku saat ini sudah mewarnai diri. Navbar warna biru tua, yang tidak asing adalah warna navbar facebook telah berhasil kuakses. 

Beberapa bulan yang lalu, kurasa sudah hampir satu tahun, aku mengenal seorang lelaki muda yang saat ini menjadi Kakakku di facebook. Niko Jushiro begitulah namanya di facebook. Entah bagaimana awal aku mengenalnya, aku sedikit lupa. Tapi, yang jelas selama waktu yang hampir setahun ini, aku dan Kak Niko, sapaanku untuknya, telah berhubungan baik. 

Nama facebookku Chika Kaeruto, yang merupakan gabungan nama asliku. Aku tak menyangka bisa mengenal Kak Niko, sedekat saat ini. Mengobrol dengan menyebut kakak dan adik. Aku tahu, mungkin itu hanya sebutan untuk kakak dan adik, tapi entah mengapa bagiku itu berbeda.
Aku dan Kak Niko menjadi saudara bukan karena permintaanku, melainkan karena permintaan Kak Niko dan aku senang menerima permintaan kekerabatan tersebut. Aku bahagia dia mengirimiku hal yang luar biasa. Awalnya aku hanya mengenalnya sebagai Niko, saat ini aku mengenalnya sebagai Kak Niko. 

Meskipun aku adalah siswa sains, tapi aku juga menyukai bahasa. Begitu pula bahasa jepang dan Kak Niko, dia ahli dalam bahasa satu ini. Pernah aku berpikir bahwa Kak Niko adalah orang jepang, tapi aku salah. Kak Niko adalah anak Jakarta. Itu yang aku tahu. Ya, Kak Niko terlalu tertutup kepada setiap teman facebooknya. Jadi aku hanya tau nama, dan asalnya.

“Konnichiwa…. ^^” aku sempat kaget melihatnya. Tak kusangka Onii-chan (kakak laki-laki dalam bahasa jepang) mengajakku chat. Dan yang lebih anehnya lagi, selama setahun ini, baru kali ini aku chat dengannya. Katanya, dia jarang online lewat komputer. 

“Konnichiwa onii-chan… tumben nii-chan online di kompi… “ balasku dengan senang hati. Suara jangkrik masih menyiringi setiap senyum yang kupancarkan.

“Iya, lagi sempet Chik… Chika lagi apa?” balasnya semakin membuatku berdebar.

“Lagi ngobrol sama Kakak… :D “ balasku lagi.

“Haha, Chika belund bobo apa? udah malem tau de…” 

“Belom Kak, oya kebetulan Chika ol bareng Kakak, Chika boleh tanya enggak Kak?” 

“Tanya apa Chika sayang… n__n”

“Kakak anak sastra jepang kan? Chika mau tau Kakak kuliah dimana, soalnya Chika juga minat ke sastra jepang, sapa tau, campus Kakak jadi salah satu nominasinya… ^^”

J Kakak bukan anak sastra jepang Chika… Kakak masih SD ^^” aku kaget saat layar kecil muncul dengan kalimat itu. Ternyata perkiraanku selama ini, perkiraan tentang Kak Niko sebagai anak sastra jepang salah besar. Dan ternyata, Kak Niko adalah anak SD, tapi aku tidak percaya kalau Kak Niko anak SD. Kalau dia memang anak SD, tidak mungkin dia menyebut dirinya Kakak padaku. 

“Ih… Kakak yang bener… Chika nangis nih… :’( “ ku tekan tombol enter dan sengaja menunggui balasan dari Kak Niko.

“Jangan nangis gitu dong Chika… senyum dong biar manis… ^^. Iya deh, Kakak emang bukan mahasiswa, tapi Kakak masih SMA Chika… “ SMA? Rasanya ada sesuatu yang aneh pada diriku. Lebih aneh sebelum aku tahu Kak Niko anak SMA. Yang benar, Kak Niko masih SMA. 

“n___n terus Kakak pinter bahasa jepang dari mana?” tanyaku lagi. Sambil menunggu balasan Kak Niko, aku mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu, bahkan hari-hari sebelum aku tahu yang sebenarnya.

Aku pernah bercerita pada sahabatku, kalau aku ingin mendapat beasiswa seperti Kak Niko yang mendapat beasiswa sekolah di Jepang selama setahun karena dia kuliah di jurusan sastra jepang, dan itu salah. 

Presepsi bahwa Kak Niko adalah mahasiswa ternyata benar-benar salah, salah besar. Dan salahku, aku sudah menyebarkan presepsi yang salah ke beberapa orang, karena yang kutahu Kak Niko adalah mahasiswa sastra jepang. Aku sangat yakin sebelumnya, karena Kak Niko selalu mengajariku bahasa jepang, dan sering membahas tentang jepang. Ditambah lagi, kalau sedang ngobrol bertiga dengan salah satu siswa sastra jepang yang juga temanku bersama Kak Niko. Aku kira Kak Niko dan Kak Rita –itu namanya- adalah teman secampus, dimana Kak Niko adalah adik kelas Kak Rita, tapi aku salah. 

Perasaan tak percayaku pada kenyataan bahwa Kak Niko benar-benar bukan anak sastra jepang terbawa bersama nyanyian jangkrik di luar rumah. Aku tidak bisa melanjutkan obrolanku dengan Kak Niko dan mengorek informasi darinya tentang dirinya karena aku harus disiplin. Sudah waktunya aku belajar. Aku sudah berusaha untuk belajar, tapi tetap saja, aku masih memikirkan Kak Niko. Karena kehilangan konsentrasi belajar, aku putuskan untuk melanjutkan obrolan bersama Kak Niko, tapi itu terlambat. Kak Niko sudah offline. Dan aku putuskan untuk menulis di dindingnya.

“Yah… Kak Niko keburu offline L” kataku dalam pesan dindingku. Aku mulai merasa lega setelah menulis pesan itu, karena aku tidak mau dia salah paham bahwa aku tidak melanjutkan chat gara-gara aku kecewa. 

Beberapa hari setelah aku tahu siapa Kak Niko sebenarnya, aku membuka kotak masuk di facebookku. Ternyata ada pesan baru, dan betapa kagetnya aku, siapa yang megirimiku pesan? Ya, Kak Niko. Sempat terlintas dijidatku, untuk apa Kak Niko mengirimiku pesan? Langsung saja kuklik linknya.

“Chika, Kakak boleh minta num tepun nya Chika enggak? Kalo enggak boleh juga g papa (^.^)” katanya dalam pesannya.

“Boleh kok Kakak…” kataku membalas pesan Kak Niko. Tidak lupa aku mencantumkan nomor handphoneku untuk Kak Niko.

“Makasih ya Chika sayang…” aku kaget membacanya lagi. Pesan yang kuterima beberapa jam setelah aku membalas pesannya, berhasil membuat mataku terbelalak untuk yang kedua kalinya. Kak Niko memanggilku sayang? Apa artinya? 

“Iya masama Kakak… Kakak juga sms Chika ya, biar Chika tau num Kakak” balasku lagi.

Tidak lama setelah kuberi nomor handphoneku, Kak Niko mengirimiku pesan via sms. 

“Konnichiwa… n__n” 

Benarkah ini Kak Niko?, pikirku. 

“Konnichiwa… ini nomornya onii-chan ya?” balasku. Kali ini aku dan Kak Niko sudah berhubungan via sms, bukan dengan facebook seperti sebelum-sebelumnya. 

“Iya Chika, ini num Kakak. Chika lagi apa?”

“Chika lagi di sekolah Kak… Kakak sendiri lagi ngapain?” balasku.

“Kakak lagi mikirin Chika.”

“Loh? Pasti lagi enggak da kerjaan, ampe Chika disuruh mampir ke pikirannya Kak Niko… hehe :D”

“Haha… Chika belom pulang?”

“Belom Kak… biasanya jam 4 baru pulang, tapi hari ini jam 9 malem, soalnya Chika mau les tempat guru… ^^”

“Emang Chika enggak takut pulangnya?”

“Enggak dong… kan bareng temen-temen yang lain…” 

Kubiarkan handphoneku bergetar membiarkan pesan Kak Niko begitu saja. Aku sudah harus memperhatikan guru yang barusaja masuk untuk menyelesaikan jam terakhir ini. Aku fokus pada guru itu. Rasa penasaran pada Kak Niko sementara berhasil kusingkirkan. Hingga akhir jam pelajaran, pukul 4 sore, aku dan kawan-kawanku bergegas mencari angkot, untuk langsung berangkat ke rumah guruku.

Sambil melangkah, aku membaca pesan dari Kak Niko.

“Chika jangan lupa mam ma solatnya ya… “ katanya.

“Iya, Chika udah makan kok Kak… J. Gomennasai Kak, baru Chika bales, tadi masih da guru… :D”

“Enggak papa kok chik, ya udah Kakak takut ganggu belajar Chika, Chika med belajar ya sayang…” lagi-lagi kata sayang menyertai kalimatnya. Aku langsung berdebar. Aku heran mengapa Kak Niko sering membuatku berdebar begini? Rasanya, selama kami hanya berkomunikasi lewat facebook, tidak seperti ini. 

“Chika udah selsai kok Kak, sekarang lagi di angkot… ^^” balasku lagi. Aku masih belum mau berhenti sms-an dengan Kak Niko. Aku harap Kak Niko juga begitu. 

“Yah… ujan… untung udah sampe…” aku kembali mengirimi Kak Niko sms tapi sebenernya kali ini tidak hanya untuk Kak Niko, untuk banyak orang. Hanya saja, aku mengirim sms itu sebelum balasan sms Kak Niko menyapa getar handphoneku.

“Ujan? Wah… Chika bawa payung enggak? Gimana? Keujanan enggak? Tapi udah sampe kan? Berarti enggak keujanan…” balasnya seakan sangat kahwatir. Aku tersanjung akan kata-kata Kak Niko seharian ini. Tidak biasanya dia berkata seperti itu padaku.

Aku tidak membalas pesan dari Kak Niko karena harus langsung mulai belajar. Aku memperhatikan guruku seksama. Belajar matematika di hari kamis, sampai malam, membuatku harus benar-benar konsentrasi. Dan aku berhasil melakukan itu. 

Jam delapan malam. Aku dan teman-temanku keluar rumah guruku dan berpamitan pulang.

“Chika udah pulang???” tanya Kak Niko dalam pesannya. 

“Lagi di jalan Kak. Kakak agi apa?”

“Kakak baru pulang ngaji chik,… ^^ “

“Ye… berarti ngajinya pinter dong… “

“Enggak juga. Cuman udah biasa ngaji aja. Oya nti jangan lupa solat isya ya chik… sekalian mandi, pasti bau seharian belund mandi… hehe n__n”

“Chika enggak mau mandi ah, dingin! Di tempat Chika masih ujan… :D”

“Ye… cantik-cantik kok enggak mandi sih??”

“Chika enggak cantik kok Kak,… :p”

“Tadi Kakak buka album fotonya Chika, menurut Kakak Chika manis kok…” wah… Kak Niko tenyata sudah melihat wujud asliku. Tapi aku belum pernah tahu, siapa dan bagaimana Kak Niko itu.

“Yah… Chika jadi pengen malu… (^^\)”

“Ya udah, Kakak ngantuk chik, Kakak bubu duluan ya… Chika bubu nya jangan malem-malem… ” 

“Iya Kakak, yasumi (nice dream)…”

“Kasih smile dong chik, biar Kakak mimpiin Chika…” aduh aduh… Kak Niko ini, ada aja deh yang bikin aku senyum-senyum sendiri. Aku balasi pesannya dengan secuil emotion senyum.

Keesokkan paginya, tepatnya hari jum’at, seperti biasa, setiap jam istirahat, aku selalu mengecek facebook. Yah… hanya sekedar mencari berita. Karena sudah lama aku tidak menengok facebook Kak Niko, aku sengaja mengunjunginya. Dan ada hal yang membuatku kaget lagi.

-Niko Jushiro- : mungkin hatiku salah berlabuh, dia tak mungkin dalam hatiku. Dia terlalu tinggi untuk kugapai. Tuhan… turunkan dia ke dalam hatiku jika dia memang untukku…  dan jika aku pernah menyakitinya ataupun mendustainya, aku harap ia bisa melupakannya. Amiin (/\)

Ya ampun Kak Niko… apa status itu untuk aku? Kak Niko, Chika tau Kakak udah tau kalo Chika anak aksel, apa mungkin Kak Niko juga berpikiran sama ama temen-temen Chika yang lain?, pikirku. 

“Lagi apa chik?” Kak Niko mengirimiku sms.

“Lagi sms Kakak… kk ndiri agi apa?”

“Kakak lagi mikirin Chika…”

“Kok mikirin Chika lagi?”

“Iya nih, dari kemarin mikirin Chika mulu… Chika udah mam belund?”

“Belum, kantin masih rame… hehe… “

“Chika mam-nya jangan ampe telat ya… oya, kk mau siap-siap solat jum’at dulu ya… Chika jangan lupa mam-nya..” 

“Iya Kakak… Kakak solat jum’atnya yang khusuk ya… jangn mikirin Chika mulu… hehe :D”

“Ahaha… :D” begitulah balsan terakhir Kak Niko. Aku kagum dan senang atas perhatiannya.

Sebelum pulang, aku harus mengecek facebookku sekali lagi. Ada satu pemberitahuan. Tadi malam, Kak Niko mengomentari statusku.

Chika Kaeruto :
minggu ini tinggal ulangan MTK besok sabtu, minggu depan ujian semester, hari minggunya TO SNMPTN, hari seninnya ampe enggak tau hari apa, TO sekolah…
Aduh… sekarang bukan lagi tugas yang menanti, tapi ujian… :’(  *aku bingung mau nangis ato senyum.

dan Kak Niko mengomentari : “senyum ini hampa, dan ketawa ini airmata.”

Oh Kak Niko… benarkah semua perhatian ini untukku? Aku bahagia kalau Kakak benar-benar tulus. Sungguh!

Ternyata kesenanganku tidak mulus, dan perhatian Kak Niko tidak berlanjut untuk malam ini. Malam ini, bahkan hampir tidak ada pesan yang menyapa nada getar handphoneku seperti malam sebelumnya. Pesan terakhir yang kuterima dari Kak Niko adalah saat dia bersiap-siap solat jum’at. Entah mengapa aku menantikan handphoneku bergetar dan menunjukkan pesan baru dari Kak Niko.

“Kak Niko… Kakak udah bikin Chika mikirin Kakak. Sekarang Chika pengen Kakak bantuin Chika… kayak dulu waktu Kakak bantuin Chika ngerjain tugas, bantuin Chika tersenyum, dan sekarang Chika pengen Kakak bantuin Chika mikirin Kakak. Chika enggak sanggup Kak, mikirin Kakak sendiri… Chika butuh Kakak untuk bantuin Chika… buktiin kalo Kakak enggak cuman gombal Kak… Chika mohon…” gumamku sendiri menatap handphoneku yang tetap diam. Aku meneteska setitik airmata. Entah mengapa, aku merindukan Kak Niko. Mudah-mudahan, Kak Niko tidak sms aku bukan karena dia takut menggangguku untuk belajar. Malahan dia sangat mengganggu konsentrasiku kalau dia tidak mengirimiku pesan.

“Kak Niko… makasih udah pernah bikin Chika tersenyum… ^^” gumamku dalam kantuk yang menjerat mataku.

The end




Tidak ada komentar:

Posting Komentar