"Kak, kalau aku pingsan gimana? Kakak jagain aku ya," Zoi kecil menatap harap kakaknya. Matanya berbinar, penuh permohonan. Sang kakak tersenyum, tulus, menenangkan kekhawatiran Zoi.
Istilahnya begitulah, Zoi ingin diperhatikan. Kehidupannya dangkal, sebatas kekhawatiran, dan kesenjangan emosional. Zoi menderita penyakit syaraf yang membuatnya terus merasa khawatir, mudah cemas, dan panik. Sekali dua kali, Zoi sempat pingsan, padahal cuma diajak bermain game komputer oleh kakaknya.
"Ceritakan padaku, Zoi. Apa yang kautakutkan?" tanya Kakaknya, sambil bersimpuh, menyejajarkan tinggi tubuhnya.
Zoi tak menjawab, ditanya begitu, Zoi justeru gelisah. Digenggamnya tangan Zoi. Sambil dielus lembut punggung tangannya.
"Aku takut Kakak meninggalkanku," jawab gadis cilik itu. Matanya berkaca-kaca, menahan rasa gelisah yang teramat membuncah di sekujur syarafnya. "lagi..." lanjutnya. Entah kenangan apa yang diingatnya, bahkan kakaknya pun tak pernah meninggalkan Zoi. Tidak pernah meninggalkannya untuk pergi jauh. Tapi Zoi begitu cemas, takut ditinggalkan.
"Aku di sini, Zoi. Jangan takut. Jangan cemas. Lihat," katanya, menunjuk kerumuman rumput yang bergoyang diterpa angin. "mereka tidak pernah takut diterpa angin. Mereka tidak pernah takut menjadi kering dan mati. Mereka tidak sendiri. Mereka akan saling menemani. Kamu, kakak, dan mereka," kakak menunjuk ke sekumpulan anak TK yang tengah bermain, "akan menemanimu. Jadi jangan takut..."
"Kakak, jagain aku ya," Zoi hanya mengatakan itu lantas pergi menjauh dalam kabut putih yang membangunkan Kakaknya dari mimpi tentang dirinya. Sambil melambai diterpa bunga-bungan wangi dan tanah basah yang ditangisi.
#Random
Tidak ada komentar:
Posting Komentar