Kemarin saya membahas tentang persimpangan, persimpangan keputusan antara benar, dianggap benar, dan memang benar. Nah, sekarang kamu berada di posisi tidak terpojokkan, tapi kamu memojokkan diri. Ketika kamu sudah dilarang bingung. KETIKA KAMU SUDAH DILARANG BINGUNG. *repeated*
Kalau begitu kan jadinya harus pura-pura tegar. Belum lagi kalau kita harus membuat orang menjadi tegar. Haha, saya menertawakan entah apa yang bisa ditertawakan di otak saya. Kamu benar-benar munafik, dengan sikap yang mengajak, menyemangati, mendengarkan, menasehati sedangkan dirimu sendiri butuh dinasehati, butuh didengarkan, butuh pengertian.
Kalau dulu kamu dengan lebay, alay menistakan diri di media sosial, dan sekarang seakan-akan ada undang-undang yang melarangnya, itu suatu pemaksaan yang baik, mendukung keinginanmu sendiri. Kembali pada kalimat-kalimat nista yang kamu rancang untuk sedikit menyamarkan maksudmu. Menasehati diri sendiri lewat lakon yang kamu buat sendiri.
Tapi ketika lakonmu tidak bisa memberimu ketenangan yang diharapkan, menciptakan situasi yang membuatmu menjadi super introvert padahal kamu bukan introvert. Menyedihkan memang, tapi kalau aku kebingungan, aku harus pergi ke mana, Kakak? Aku memang bukan introvert yang terlalu banyak memendam perasaan.
#random
Tidak ada komentar:
Posting Komentar