UA-64251474-1

Selasa, 26 November 2013

Indonesia, Negeriku yang Lucu

Indonesia negeriku, orangnya lucu-lucu, macam-macam budayanya
Indonesia tercinta, orangnya ramah-ramah, gemah rimpah lohjinawi

Ingat penggalan lagu di atas? Lagu yang dibawakan oleh Trio Kwek-Kwek ini sempat membuat saya percaya bahwa orang-orang indonesia memang ramah. Dulu, sebuah infotainment juga pernah mewawancarai seorang turis, dan turis itu mengatakan, ”Saya suka Indonesia. Orang-orangnya ramah. Bertemu dimana pun pasti tersenyum,” kurang lebih begitulah yang sempat diucapkan turis itu.



Saya sempat bangga menjadi salah seorang warga yang dianggap ramah. Saya pun senantiasa tersenyum dan menyapa orang. Hingga suatu hari, ketika pola pikir saya berubah menjadi bosan terhadap tingkah sok ramah orang Indonesia.

Ternyata jaman memang berubah. Saat lagu Katanya populer, maka populer pula tingkah ramah Orang-orang Indonesia. Ketika lagu tersebut mulai meredup eksistensinya, meredup pula tingkah ramah masyarakat Indonesia. Hingga saat ini lagu itu benar-benar tak terdengar lagi. Bahkan sekarang anak-anak pun enggan mendengarkannya. Begitu pula dengan tingkah masyarakatnya.

Mungkin saat lagu tersebut populer, sikap ramah tetap tidak ada di kalangan orang atas, tetapi keramahan adalah simbol utama bagi masyarakat daerah atau pedesaan. Barang siapa tidak menyapa saat bertemu akan langsung dicap sombong. Saya ingat, dulu saya dimarahi ibu saya karena saya tidak tersenyum dan menyapa pada seorang pejalan kaki yang lewat di depan rumah. Padahal saya tidak mengenal siapa dia. Tetapi ibu saya tetap menyarankan untuk mengundangnya mampir. Dan pejalan kaki itu pun senantiasa menyapa ibu saya yang sedang duduk-duduk di teras rumah. Saat kutanya apakah ibuku mengenalnya, dia bilang tidak.

Bandingkan dengan saat ini. Dulu orang-orang yang kerap lewat di depan rumah saya adalah pejalan kaki, dan mereka selalu menegur pada siapapun yang mereka temui di jalan. Sekarang, jari anjing pun masih sisa untuk menghitung jumlah pejalan kaki yang lewat depan rumah.

Masyarakat desa pun sudah tertular wabah malas jalan. Kemana-mana sudah pakai sepeda motor. Tidak ada sepeda motor, tidak mau pergi, begitulah anggapan mereka. Dan dengan kemajuan teknologi tersebut, maju pula cara menyapa orang, yaitu dengan mengklakson. Kali ini yang disapa benar-benar tidak tau siapa yang menyapa karena mungkin tertutup kaca kendaraan, helm atau mereka berkendara terlalu cepat.

Mulai dari lagu anak-anak yang mengajarkan akan keramahan dan keragaman budaya Indonesia menghilang, hingga masyarakat peduli keramahan dan keragaman yang menghilang. Kalau seperti ini, siapa lagi yang akan berpikir bahwa Indonesia akan maju? Yang ada malah kemunduran budaya. Indonesia jadi seperti penggalan lirik yang pertama, lucu. Selucu saya menertawakan undur-undur yang jalannya mundur.

Teknokra, 24 Januari 2013

Sampai bertemu di postingan selanjutnya... ^^
Lagi-lagi repost tulisan ane di blog atunya nih...
Jangan lupa tinggalkan Fedd Back-nya yaaa... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar