Selasa, 26 November 2013

Aku Takut Bermimpi

Pukul 03.55 WIB, aku masih terjaga. Entah apa yang membuat aku tidak bisa tidur. Aku sudah menyelesaikan tugasku sejam yang lalu, tapi tetap tidak bisa memejamkan mata. Ada pikiran aneh yang terus menggangguku setiap kali aku mulai terlelap tidur.

Seperti biasa, aku akan memaksa mataku terpejam saat aku kesulitan tidur dini hari. Ya, aku terbiasa tidur pagi hari sebelum subuh. Tapi hari ini terasa sulit bagiku. Bahkan aku tidak bisa memaksa mataku terpejam. Aku tidak bisa mengiming-imingi mataku dengan lollipop manis yang menggoda lidah, atau balon warna biru yang menakjubkan untuk diterbangkan. Aku bukan anak kecil, dan mataku tak punya selera.



Aku takut bermimpi. Itulah yang kualami saat ini. Aku jadi tak ingin tidur hanya karena aku takut kalau-kalau aku bermimpi. Hey… bukankah mimpi itu hanya bunga tidur?

Benar sekali! Kupikir, mimpi memang hanya bunga tidur. Toh, aku pun belum pernah mendapati mimpiku menjadi nyata.

Mimpi, baik secara implisit maupun eksplisit, aku tetap takut untuk bermimpi. Aku sudah terlalu sering bermimpi, tapi mimpiku hanya sekedar bunga kehidupan, agar hidupku tidak sekedar datar dan membosankan.

Sejujurnya mimpi itu muncul Karena kita pikirkan, bukan? Saat mata kita mulai terpejam, aku akan mulai membayangkan mimpi macam apa yang ingin kudapatkan malam ini. Indahkah? Menyedihkankah? Atau mengerikan? Contohnya bertemu hantu hayalan.

Begitulah pula bunga kehidupan. Mimpi itu datang saat mataku terpejam, jadi aku tak bisa melihat dunia, bahkan duniaku yang kumampu. Aku akan mulai membayangkan seakan aku adalah putri kerajaan di negeri dongeng, yang siap dipinang oleh pangeran berkuda untuk tinggal bersamanya dan hidup bahagia selamanya. Contohnya adalah kebohongan besar.

Aku mulai takut bermimpi baru tadi siang. Ketika aku mencicipi nikmatnya tidur siang, mimpi itu datang. Aku adalah tokoh utama mimpiku. Menjadi satu-satunya yang bisa merasaka keberadaan makhluk tak tampak, membuatku didekati banyak teman. Mereka butuh perlindungan. Dan aku, bertahan untuk melindungi mereka.

Aku tak sekuat yang kuharapkan. Aku mulai gentar dan kakiku gemetar. Bibirku pucat dan alisku beringsut masuk ke kelopak mata. Aku menggigit bibir bawahku sambil berharap cepat terbangun dari tidur siang yang bodoh ini. Benar-benar mimpi yang traumatis.

Malam ini aku ketakutan. Ketakutan akan mimpi yang sama. Mimpi akulah sasaran sesungguhnya. Akulah tokoh utamanya. Tokoh yang harus mempertaruhkan nyawanya hanya untuk orang-orang yang berlindungi di bawah nama. Aku takut pada mimpiku.

Sudah sewajarnya aku tak boleh menolak mimpi. Setidaknya tidurku jadi sedikit bernuansa cerita, yah… walaupun hanya sekedar cerita pendek sebelum tidur.

Teknokra, 22 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar